Sejarah Penangkal Petir : Dari Franklin hingga Saat Ini
Penangkal petir merupakan serangkaian saluran yang dirancang sebagai jalur untuk mengalirkan petir menuju ke permukaan bumi tanpa menimbulkan kerusakan pada benda-benda yang dilaluinya.
Penggunaan instalasi penangkal petir dianggap efektif karena dapat mengurangi kerugian yang terkait dengan kebakaran dan kerusakan struktural yang disebabkan oleh petir. Umumnya, alat ini terbuat dari logam, terutama logam yang memiliki konduktivitas tinggi seperti tembaga atau aluminium. Saar petir mengenai logam tersebut, energi listrik akan dialirkan melalui kawat menuju tempat pembuangan tanah (grounding). Sistem penyaluran petir beroperasi dengan mengalihkan arus listrik dari struktur bangunan dan daerah yang rentan.
Tokoh dibalik Terciptanya Penangkal Petir
Benjamin Franklin (17 Januari 1706 – 17 April 1790) adalah seorang tokoh terkenal Amerika Serikat yang meninggalkan warisan besar dalam berbagai bidang selama hidupnya. Ia terkenal sebagai wartawan, penerbit, pengarang, filantropis, abolisionis, pejabat pelayanan masyarakat, ilmuwan, diplomat, dan penemu.
Pada tahun 1746, di Boston, Massachusetts, Franklin memulai serangkaian eksperimen listriknya. Pada bulan Juli 1747, ia mengenalkan istilah positif dan negatif untuk merujuk pada muatan listrik, menggantikan istilah “vitreous” dan “resinous” yang sebelumnya digunakan. Franklin juga menguraikan konsep baterai listrik dalam suratnya kepada Collison pada musim semi 1749, meskipun pada saat itu ia belum menyadari bagaimana teori tersebut dapat bermanfaat bagi kepentingan manusia.
Pada tahun 1750, sebagai bagian dari usahanya untuk membuktikan bahwa petir adalah fenomena listrik, Franklin mulai mengembangkan ide untuk melindungi manusia, bangunan, dan struktur lain dari bahaya sambaran petir. Ia merancang sebuah alat menggunakan batang besi berukuran 8 atau 10 kaki dengan ujung yang runcing. Konsepnya adalah bahwa besi berujung runcing tersebut dapat menarik listrik, dan dengan menghubungkannya ke tanah, dapat mengosongkan listrik statis dari awan. Raja George III mendukung pandangan ini, meskipun pada saat itu, perbedaan pendapat dan dukungan terhadap teori Franklin dianggap sebagai tindakan yang tidak patuh.
Pada 15 Juni 1752, dalam sebuah badai di Philadelphia, Franklin mencoba alat rakitannya. Ia menempatkan batang besi runcing di puncak atap dan menunggu petir menyambar. Karena kurang sabar, ia mendekatkan alat ke awan menggunakan layang-layang, dengan kunci logam sebagai pemicu aliran listrik. Meskipun percobaan ini berbahaya dan beberapa menyebutkan bahwa Franklin terluka, hal itu juga menjadi bukti bahwa teori Franklin tentang kesamaan listrik dengan petir terbukti benar.
Franklin menemukan bahwa saat sambaran petir atau api listrik meninggalkan awan dan menemukan saluran logam menuju bumi, ia akan tetap di saluran tersebut dan tidak menyebabkan kerusakan. Sebagai hasilnya, pada tahun 1753, Franklin menemukan penyalur petir yang dikenal sebagai Rod Franklin, dan eksperimennya menjadi dasar untuk Instalasi Sistem Franklin yang terkenal sekarang.
Selama beberapa puluh tahun setelah penemuan Rod Franklin, banyak ilmuwan dan peneliti, termasuk Michael Faraday, yang dijuluki “Bapak Listrik,” berusaha mengembangkan teknologi dari rod Franklin ini. Faraday berhasil menemukan Teknologi Penyalur Petir Sangkar Faraday untuk menyempurnakan teknologi ini.
Sangkar Faraday
Michael Faraday (Sumber: profilbos.com)